Pidato Tentang Sopan Santun
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam
kebajikan, Rahayu.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang
berbahagia, Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung
semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika
kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapan-ungkapan pada banyak kalangan
dalam menyatakan pendapat dan perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi
ataupun rapat-rapat umum. Kata-kata mereka kasar atau bertendensi menyerang.
Tentu saja, hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.
Gejala yang sama terlihat pula
pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika melontarkan
kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan-tanggapan mereka terdengar
pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif. Padahal
sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru, pemakaian bahasa dibingkai
secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya (epimistis).
Ketidaksantunan berkaitan pula
dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan
berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata
ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku
dalam masyarakat itu. Penyebab utamanya adalah perkembangan masyarakat yang
sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai kesantunan dan tata krama dalam
suatu masyarakat.
Oleh karena itu, pendidikan etika
berbahasa memiliki peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan
kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syariat dalam
beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan
lingkungan sekitar.
Penanaman kesantunan berbahasa
juga sangat berpengaruh positif terhadap kematangan emosi seseorang. Semakin
intens kesantunan berbahasa itu dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan
semakin baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan,
kesenangan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan
ketidaksantunan itu.
Berbahasa santun seharusnya sudah
menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu
dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa
kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang
arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi
itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat manapun.
Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga ceramah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Om shanti, shanti, shanti, om, Namo
buddhaya.
Muhammad Yusuf Rahmat Hidayat
Posting Komentar untuk "Pidato Tentang Sopan Santun"